Apakah Aku Manusia?
Manusia…. Kau, aku, mereka, kita semua telah mengalami perubahan dari kera menjadi manusia, tetapi masih banyak dari kita yang masih menjadi seekor kera. Dulu kita adalah kera, dan bahkan sekarangpun manusia lebih kera dari kera manapun.
Lihatlah yang paling bijaksana dari manusia hanyalah kekacauan dan campuran antara tanaman dan bayang-bayang. Apakah Tuhan menyuruh kita menjadi tanaman atau bayangan?, tidak! kita adalah manusia, lebih dari tanaman bahkan bayangan. Sedang kalian tau, manusia itu sesuatu yang harus dilampaui. Apa yang telah kalian lakukan untuk melampaui manusia?. Sampai sekarang semua mahluk telah menciptakan sesuatu yang melampaui dirinya sendiri. Apakah kalian memilih menjadi arus balik yang melawan arus pasang dan lebih suka kembali menjadi binatang daripada melampaui manusia?.
Banyaklah belajar tentang hidup yang benar-benar hidup. Lampauilah diri kalian, tanamkanlah keberanian sebagai dasar kehidupan. Lihatlah bagaimana selama ini, pengetahuan didasarkan pada rasa takut, yang berwujud pada perhitungan, perencanaan, pengarahan, pengekangan, kontrol dan sangsi. Maka, sudah saatnya mengubah dasarnya dengan “keberanian”, menentang batas dan membawa luka-luka yang ditimbulkan penentangan itu berlari dan terus berlari, mencari penghalang-penghalang dan batas-batas lainnya untuk didobrak.
Tidakkah benar adanya yang dikatakan oleh Nietzsche bahwa,
“Matahari pengetahuan sekali lagi berada pada tengah hari, dan ular keabadian berbaring melingkar dalam cahayanya, inilah masamu saudara tengah hari”.
Atau yang dikatakan oleh Tan Malaka,
“Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk”.
Bahwasanya kalian harus banyak belajar dari kesalahan, agar tidak jatuh di lubang yang sama dan kalian harus terbiasa untuk bisa. Berbicara keberanian, benar atau salah adalah nomor ke-sekian, yang utama adalah prosesnya, percuma apabila kalian berbicara dengan sangat jelas namun tidak terdengar oleh siapapun. Seperti “nyanyian malam” yang tak terutarakan kesedihannya yang refrainnya banyak dikenali dalam kata “mati lewat keabadian”. Sungguh kalian aka menjadi orang yang paling tolol apabila membiarkan cuaca buruk ketakutan yang ada dalam fikiran menghancurkan semangat kreativitas dan keberanian kalian untuk maju dan melakukn perubahan untuk hidup kalian sendiri. Sadarilah bahwa ketakutan hanya ada dalam fikiran, bukan dalam sebuah tindakan. Lampauilah diri kalian sendiri, maka jaminannya untuk kalian adalah selangkah lebih maju, juga agar kalian dapat merasakan segalanya yang muncul tanpa di kehendaki dalam kebebasan yang meledak seperti badai, absolut, penuh kuasa dan khidmat, munculnya majas dan perumpamaan dengan serta-merta yang akan kalian alami adalah sebua hal yang paling menabjubkan dan tampak sebagai sesuatu yang paling cocok dan sederhana untuk kita ekspresikan.
Serta apa yang dikatakan oleh Meister Echkhardt bahwa,
“Hewan paling cepat yang akan membawamu kepada pengetahuan sejati adalah penderitaan”.
Setelah itu cobalah untuk mencari sahabat-sahabat yang sepemahaman dengan kalian. Karena persahabatan merupakan intuisi yang suci dan agar kalian tidak mengalami kengerian dalam kesepian. Sahabat yang ideal yaitu yang dapat mengerti diri kita sepenuhnya, karena tanpa adanya sahabat karib jelas terjadi sebuah kesepian yang disongsong sengaja.
Jangan terlalu terobsesi untuk memikirkan masa depan, karena masa depan menjadi hal yang paling gelap, tapi masih ada banyak yang harus kalian lakukan, fikirkan. Sebaiknya kalian memikirkan apa yang berikutnya daripada memikirkan masa depan dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan dan takdirnya, ketahuilah bahwa orang yan dikatakan sukses tidaklah selalu tentang harta, jabatan ataupun tahta, namun ketika hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Seandainya ada sedikit saja takhayul dalam diri kita, rasanya akan sulit sekali mengabaikannya begitu saja ide bahwa kit adalah sebuah inkarnasi, juru bicara dari sebuah kekuatan yang maha kuasa. Wahyu dalam artian bahwa sesuatu tiba-tiba menjadi tampak dan terdengar dengan kejelasan dan akurasi yang tak tergambarkan, yang mengguncang kita secar mendalam.
Lihatlah dari kita yang banyak mendengar tetapi tidak mencari, kita banyak mengambil tapi tidak bertanya siapa yang memberi. Sampai kapan kita hanya dapat memakai dan membeli, tanpa bisa mencipta dan bermanfaat bagi kehidupan manusia?.
Jangan lagi ada yang datang kepada kalian dengan mesra pada perkataan kalian dan memuji kalian, sebab mereka ingin menunggangi punggung kalian. Kalian harus lebih pandai menganalisis tentang sesuatu apapun itu yang datang.
Jadilah manusia yang tidak seperti manusia biasanya, bahwa kalian adalah kebalikan dari seorang immoralis, jadikan diri kalian sebagai orang yang dapat melihat roda dalam jalannya peristiwa di dalam pertarungan antara yang baik dan yang jahat. Yang lebih pentin lagi bahwa kalian harus lebih jujur dari pemikir-pemikir lainnya. Dapatilah kejujuran sebagai kebajikan tertinggi, yaitu kebalikan dari kepengecutan para idealis yang lari dari realitas. Kalian harus memiliki keberanian yang lebih besar dalam tubuh kalian, daripada pemikir-pemikir lainnya sebelum atau sesudah kalian. Berkata jujur dan membidik lurus itulah kebajikan utama manusia.
Sadarilah bahwa sesungguhnya manusia adalah arus yang tercemar. Seseorang harus menjadi seperti laut, untuk menerima arus tercemar tanpa menjadi kotor.
Fikirkanlah apa guna akalmu! Apakah ia lapar akan pengetahuan, seperti singa lapar akan mangsa?, kemiskinan, pencemaran dan kepuasan diri yang celaka!.
Apa guna kebajikanmu itu! Dia tidak berhasil membuat orang tergila-gila akan kebaikan dan keburukan. Semuanya adalah kemiskinan, pencemaran dan kepuasan diri yang celaka!.
Apa gunanya belas kasihanmu! Tidakkah belas kasihan kalian itu kayu tempat dia yang mencintai manusia yang disalibkan?. Tapi belas kasihan kalian bukan penyaliban.
Pernahkah kalian bertanya seperti itu? Pernahkah kalian berteriak seperti itu? Aku ingin kalian bertanya dan berteriak seperti itu!.
Aku mencintai dia yang tidak menginginkan terlalu banyak kebajikan. Satu kebajikan lebih bajik daripada dua kebajikan, karena kebajikan merupakan simpul tempat seseorang ditambatkan.
Aku mencintai dia yang jiwanya banyak memberi bagi yang lain, yang tidak menginginkan terimakasih dan pengembalian, karena ia akan selalu membekahi dan tidak ingin menyimpan untuk dirinya sendiri.
Kalian harus lebih banyak mendengar, dan berlapang dada, karena yang kalian melihat mereka disana tertawa, mereka tidak mengerti diri kalian, sadarilah kalian bukanlah mulut bagi telinga-telinga mereka. Tak perlu kalian memukuli telinga mereka supaya mereka bisa belajar mendengar dengan mata mereka? Tidak perlu kalian berkoar seperti genderang dan para pengaku dosa? Lihatlah mereka, Atau mungkin mereka hanya percaya pada orang gagap?. Jika mereka tidak suka mendengar ‘kebencian’ dari mulut kalian yang ditujukan terhadap diri mereka sendiri, maka kalian harus mencoba berbicara pada kebanggan mereka.
Komentar