Bunga Abadi


Semerbak wangi bunga di kebun pertama

Bersarang karang pada kelopaknya

Gagak-gagak berdansa memekik suara

Mata pedang cinta mengoyak dogma


Pada pangkal daun terakhir di bulan juli

Puisi-puisi ku berombak, menari-nari

Melesat, menerjang, menembus langit kota

Tegak pandang ku pada kisah Qais dan Laila

dan kau dimana juwita?


Berangkat waktu datang menjengah

Pada ujung pandang ku lukis wajah

Ku petik pena dari selimutnya

Lalu mencatat ingatan mendalam bersama juwita


Kebestarian manusia memecah waham

Tapi tidak dengan cinta manusia yang mendalam

Tak  di izinkan barang sebentar logikanya menjemput kesadaran

Di antara cokelat, bunga, kembang api dan pingitan kebahagiaan

Riang seorang diri berdansa ia di dalam  pesta bertajuk kegilaan 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkunjung Kerumah Iyung

Di Suatu Kota, Aku Terbakar Sendirian

Dengarlah