Aku Gelisah!

Jika gelapnya lorong-lorong jalan yang Engkau suguhkan
adalah bahasa cinta-Mu yang paling sukar kami mengerti,
maka dengan ridha-Mu, tuntunlah kami menuju cahaya di ujung lorong-lorong itu.

Jika marabahaya dan ancaman-ancaman ketidakpastian hidup
adalah tempayan-Mu yang berisi keberanian, tetapi sering kami salah pahami,
maka luapkan, tumpahkan, dan bajirilah akal serta hati kami
yang gersang akan kesadaran dan pengertian terhadap karunia-Mu.

Jika hadirnya derita-derita dalam hidup kami
adalah bahasa rindu-Mu yang masih tandus dari pengertian kami, hamba-Mu,
maka tarik dan seretlah kami, bahkan ceburkan kami, ke telaga hidayah-Mu.

Dan jika kehancuran yang karib dengan harapan-harapan kami
adalah tinju-Mu terhadap keangkuhan dan kesombongan
atas pengetahuan yang selalu kami bangga-banggakan,
maka luluh-lantakkanlah dengan kebesaran nama-Mu,
agar lapang hati dan pikiran kami menerima setiap roda takdir-Mu.

Ya Tuhan kami, betapa hinanya kami yang tak mampu menyadari kebodohan diri sendiri.
Selalu, mulut kami lebih besar daripada isi kepala dan dada kami.
Selalu, kecongkakan dalam diri kami lari dan terpental dari nurani kami sendiri.
Selalu, kami berpura-pura mengerti akan hal yang sebenarnya kami tidak tahu.
Dan selalu pula, ketakutan mengintai di setiap relung hati kami
apabila kami dianggap bodoh dan hina oleh sesama kami.

Ya Tuhan kami, betapa busuknya hidup kami
yang selalu berdiri di atas kehebatan diri yang serba palsu.
Betapa busuk, bahkan lebih membusuk lagi, hidup kami yang serakah
akan penghormatan dan pembenaran dari sesama kami.

Badai hidup, badai jiwa membabi buta.
Kami gelisah.
Muak.
Muak!
MUAK!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Suatu Kota, Aku Terbakar Sendirian

Dengarlah

Berkunjung Kerumah Iyung