Realita Negeriku
Negeriku adalah sumber kekayaan alami maupun hayati, tetapi juga sumber penderitaan untuk rakyat sendiri, hingga air dan tanah pun masih harus beli. Apalagi ditambah kekayaan para pejabat dan para petinggi yang masih gila korupsi, hingga di hari ini menjadi budaya yang teramat mahal harganya di tanah Ibu Pertiwi.
Memaksa kami untuk menjadi Turis di Negeri sendiri, terasingkan dengan segala kemewahan akibat sulitnya lapangan pekerjaan.
Negeriku adalah lambang demokrasi, namun tak jarang yang masih bisa toleransi. Mencaci maki, nyinyir, menggunjing sana-sini, hingga butanya keberagaman di Negeri sendiri.
“Tongkat kayu, dan batu jadi tanaman” kata sebuah lagu yang legendaris itu yang mencerminkan betapa suburnya Tanah di Negeriku ini. Tak khayal karena teramat suburnya tanah di Negriku, sawah dan kebunku tidak hanya menumbuhkan padi, jagung dan umbi-umbian tetapi juga pabrik-pabrik, gedung mewah pencakar langit.
Negeriku adalah Negeri yang aman, pihak berwajib dan penegak hukum masih banyak yang bermain aman atas dasar pengayoman. Menekan yang lemah, melindungi yang serakah. Tak jarang yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Dengan mudahya merubah tempat pengekang menjadi Hotel berbintang. Robot atau boneka sama saja, karena uang adalah bahasa kalbu yang dapat menerobos jalan-jalan buntu dan berakhir pada urusan tebal-tipisnya kantong saku.
Komentar