Aku Adalah “MAHA”siswa
Lihatlah diriku. Jika kau pernah melihat singa tak bertaring, itulah aku
Jika kau pernah melihat pohon yang tak berbuah, itulah aku
Jika kau pernah melihat padang safana yang tandus, itulah aku
Jika kau pernah melihat bunga yang tak mekar, itulah aku
Jika kau pernah melihat api yang tak panas, itulah aku
Aku adalah belalang di padang ilalang
Bisu tak dapat berteriak dengan lantang
Aku tak seperti si jangkrik ditengah sawah
Yang berteriak ngilu kepada petani yang lebih memilih menanam gedung daripada padi
Inilah diriku, semenjak menginjak tanah politik bergedung pendidikan tinggi, akupun mulai bertanya
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Mengapa aku tak mengerti sebuah arti kata “Maha”
Atau memang ada yang ingin tidak aku ketahui
Mengapa otakku begitu kosong, atau telah ada yang mencurinya
Dan mengapa nyaliku begitu dingin, atau telah ada yang membekukannya
Ada apa dengan laboratorium ini
Semua terasa terbalik, campur aduk dan abstrak
Aku susah membedakan mana yang hitam dan mana yang putih
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Mengapa mulutku selalu berkata “iya!”, Padahal aku bisa berkata “Tidak” untuk merdeka
Mengapa kepalaku selalu mengangguk, Padahal aku bisa menggeleng tuk dapat beradu gagasan
Mengapa fikiranku menjadi diam, padahal aku bisa bertanya disetiap kebijakan
Mengapa nyaliku begitu ciut, padahal aku bisa bangkit untuk menatap masa depan
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Teganya ada yang memblender otakku, sampai aku tak dapat berfikir banyak
Teganya ada yang mencincang nyaliku, sampai aku tak dapat bergerak maju
Teganya ada yang menjahit mulutku, sampai aku bungkam melihat kemunafikan
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Aku adalah mahasiswa yang dikurung dalam sangkar, sehingga aku dipaksa menjadi siswa
Aku telah kalah, remuk, hancur berkeping-keping karena telah di eksekusi mati-matian dalam kesadaran
Sakit, sakit, sangat sakit…
Sakit rasanya jika memiliki kaki tidak bisa menendang, tangan tidak bisa terkepal dan meninju, kepala tidak mampu membentus, bahkan mulut tidak bisa berkata “Tidak”
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Aku ini mahasiswa, tapi bukan mahasiswa seperti pada masa orde baru
Aku memang mahasiswa, tapi bukan mahasiswa yang berhasil mengangkat garuda engan gagah
Aku benar-benar mahasiswa, tapi yang lagaknya tidak seprti mahasiswa sebenarnya
Karena aku adalah mahasiswa, yang “Maha” nya dikurung dalam sangkar
Sehingga aku dipaksa menjadi siswa
Kau adalah mahasiswa, yang “Maha” nya dikurung dalam sangkar
kau, aku, mereka, kalian, kita semua adalah mahasiswa, yang “Maha” nya dikurung dalam sangkar, sehingga kita dipaksa menjadi siswa
Kembalikan “MAHAKU”
Kembalikan “MAHA” kami
Jika kau pernah melihat pohon yang tak berbuah, itulah aku
Jika kau pernah melihat padang safana yang tandus, itulah aku
Jika kau pernah melihat bunga yang tak mekar, itulah aku
Jika kau pernah melihat api yang tak panas, itulah aku
Aku adalah belalang di padang ilalang
Bisu tak dapat berteriak dengan lantang
Aku tak seperti si jangkrik ditengah sawah
Yang berteriak ngilu kepada petani yang lebih memilih menanam gedung daripada padi
Inilah diriku, semenjak menginjak tanah politik bergedung pendidikan tinggi, akupun mulai bertanya
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Mengapa aku tak mengerti sebuah arti kata “Maha”
Atau memang ada yang ingin tidak aku ketahui
Mengapa otakku begitu kosong, atau telah ada yang mencurinya
Dan mengapa nyaliku begitu dingin, atau telah ada yang membekukannya
Ada apa dengan laboratorium ini
Semua terasa terbalik, campur aduk dan abstrak
Aku susah membedakan mana yang hitam dan mana yang putih
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Mengapa mulutku selalu berkata “iya!”, Padahal aku bisa berkata “Tidak” untuk merdeka
Mengapa kepalaku selalu mengangguk, Padahal aku bisa menggeleng tuk dapat beradu gagasan
Mengapa fikiranku menjadi diam, padahal aku bisa bertanya disetiap kebijakan
Mengapa nyaliku begitu ciut, padahal aku bisa bangkit untuk menatap masa depan
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Teganya ada yang memblender otakku, sampai aku tak dapat berfikir banyak
Teganya ada yang mencincang nyaliku, sampai aku tak dapat bergerak maju
Teganya ada yang menjahit mulutku, sampai aku bungkam melihat kemunafikan
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Aku adalah mahasiswa yang dikurung dalam sangkar, sehingga aku dipaksa menjadi siswa
Aku telah kalah, remuk, hancur berkeping-keping karena telah di eksekusi mati-matian dalam kesadaran
Sakit, sakit, sangat sakit…
Sakit rasanya jika memiliki kaki tidak bisa menendang, tangan tidak bisa terkepal dan meninju, kepala tidak mampu membentus, bahkan mulut tidak bisa berkata “Tidak”
Aku sebenarnya apa?
Aku sebenarnya siapa?
Aku ini mahasiswa, tapi bukan mahasiswa seperti pada masa orde baru
Aku memang mahasiswa, tapi bukan mahasiswa yang berhasil mengangkat garuda engan gagah
Aku benar-benar mahasiswa, tapi yang lagaknya tidak seprti mahasiswa sebenarnya
Karena aku adalah mahasiswa, yang “Maha” nya dikurung dalam sangkar
Sehingga aku dipaksa menjadi siswa
Kau adalah mahasiswa, yang “Maha” nya dikurung dalam sangkar
kau, aku, mereka, kalian, kita semua adalah mahasiswa, yang “Maha” nya dikurung dalam sangkar, sehingga kita dipaksa menjadi siswa
Kembalikan “MAHAKU”
Kembalikan “MAHA” kami
Komentar