Keramik Masjid Yang Malang


     Aku adalah keramik masjid yang malang, aku selalu merasa kesepian di selah ramainya jamaah masjid. Aku selalu merasa iri dengan kawan-kawanku, karena keberadaanku selalu ada di deretan belakang yang tak pernah merasakan hangatnya pelukan tikar panjang yang dihamparkan para marbot-marbot masjid. Berbeda dengan kawanku yang berada di deretan terdepan yang selalu merasakan kehangatannya, dan akupun dibiarkan menggigil begitu saja oleh tetesan air wudhu yang jatuh dari kaki-kaki, tangan, dan wajah para jamaah yang itu menerpa tubuhku. 
Aku semakin merasa iri saat tiba waktu masuk shalat yang pada saat itu para jamaah mulai berdatangan ke masjid, dan akupun tidak pernah diperebutkan sebagai tempat jamaah  berdiri dan bersujud ke hadirat Ilahi Rabbi, sebagaimana kawan-kawanku yang berada di deretan terdepan yang selalu diperebutkan jamaah masjid.
     Aku sesekali pernah merasakan kehangatan pelukan sajadah para jamaah masjid pada saat waktu tertentu, saat shalat jum'at, shalat tarawih, ataupun shalat Id pada hari raya umat Islam. Aku ingin hadirku tidak hanya menjadi tempat lalu-lalang para jamaah di dalam masjid, tempat jamaah sekedar beristirahat. Tapi aku juga ingin merasakan jidat basah yang di guyur air wudhu  dari para jamaah masjid.
Itu semua ingin aku rasakan tidak hanya pada hari-hari tertentu atau di hari Raya umat Islam, tetapi aku ingin merasakan semua itu di setiap harinya, di setiap masuk waktu shalat. Akupun ingin masjid itu ramai agar aku juga tau rasanya diperebutkan oleh jamaah masjid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkunjung Kerumah Iyung

Di Suatu Kota, Aku Terbakar Sendirian

Dengarlah