Juwita & Samudera
Hari itu langit cerah Mega awan bergaun merah Duduk Juwita menghadap samudera Termangu aku pada punggungnya Sendu melagu di khayalku; Betapa aku iri pada samudera biru itu yang dapat menatapmu tanpa kenal henti Betapa aku iri pada desir angin itu yang membelai-belai rambutmu tanpa permisi Betapa aku iri pada pasir-pasir yang beterbangan itu yang dapat berselancar di kelopak, bulu matamu Betapa aku iri pada langit sore itu yang dapat larut dan terbenam di bening bola matamu Betapa aku iri pada sapuan ombak itu yang dapat mengecup jari-jemari kakimu Dan di antara nyanyian camar-camar yang melankolia; Aku bersaksi, bahwa tiada wanita yang langkah kakinya seteduh dirimu Aku bersaksi, bahwa tiada wanita yang dalam diamnya seanggun dirimu Aku bersaksi, bahwa tiada wanita yang dalam ucapnya sehalus sutera serupa ucapmu Aku bersaksi, bahwa tiada sorot mata yang mampu menundukkan pandangku serupa kedua matamu Padamu Juwita yang abadi sebagai tawanan rima Adakah kau menerka? Ku agungkan engkau d