Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

Nyanyian Seorang Bisu

Suhu malam di kota ini cukup dingin, embun pun bersarang di daun-daun pepohonan dan jendela bilik ini. Di luar, langit sedang cerah, pendar cahaya Bintang di kejauhan, saya melihat Bulan tidak bulat sempurna; tinggal sabit serupa lengkung di pipi-pipi merahmu. Di tempat ini, seketika rangkaian asa terasa amat sentimental, ia tiba secepat cahaya dan tidak terbendung aralnya. Demikianlah, saya benar-benar tidak dapat lepas dari jeratan takdir; bahwa saya tidak dapat pula mencegah, yang tiba tetaplah tiba, serupa rindu saya kepadamu kala ini. Pujian-pujian mulai berkumandang di surau-surau, menguap ke Arys bersama syair-syair yang saya sematkan namamu di dalamnya.  Bagi saya, inilah saat-saat yang telah lama saya sadari, dan ketika kamu datang sebagai kenyataan rasanya hari-hari saya Kembali pada pancarona, saya menjadi tidak emosional dan saya pikir, hari-hari saya agaknya jauh lebih tenang dan dewasa.  Di semenanjung malam, saya membaca kembali tulisan-tulisan Soe Hok Gie, barangkali s

Balada Hutan

Nyanyian sunyi hutan bisu Hewan dan tumbuhan merapal doa, mengharap hidup di telaga kokytos Pada gergaji Pada buldoser Pada manusia Olympus bergemuruh Pertikaian Thanatos dan Gaia tak terelakkan Api emas pendar menyala di hutan-hutan Kabut tebal panas beterbangan Serupa kapas, serupa naas   Artemis dipukau keheranan Harimau hilang lorengnya, Badak hilang culanya, Babi rusa hilang taringnya, Gajah hilang gadingnya Rusa hilang tanduknya, Dan merak yang hilang anggunnya   Pertikaian Dewa-Dewi belum berhenti Tak sadar belantara telah menjadi kota Sementara manusia baru hanya diwariskan cerita Tentang nyayian-nyanyian Bekantan, Maleo juga Cendrawasih, Keperkasaan Elang Jawa juga harimau sumatera Keelokan Edelweiss juga Rafflesia Yang hanya akan mereka dapatkan pada ensiklopedia  belantara #SelamatHariHutanIndonesia

Tarian Sunyi dan Kemabukan

  Di atas kursi di hadapan meja ratapan seorang pemuda mabuk tanpa vodka telapak tangannya basah berkeringat kakinya gemetar tak dapat di ikat   pada hari-hari di kisi waktu Tangan dan kakinya selalu tumbuh sedang untuk memeluk sang wanita, ia tak memerlukan jari-jemarinya   Tabir-tabir sunyi mengundang keramaian Bising bunyi menghantam angan-angan harapan demi harapan dirajut serupa anyaman Tubuh terlentang, kepala menengadah hari depan   Tabir-tabir waktu selalu menyimpan rahasia suara tanpa rupa, menari-nari dan berpesta di kepala Seketika hilang jarak, semakin hangat, semakin terasa mesra