Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2023

Membunuh Tuhan

Drama-drama, topeng-topeng, menghindari wajahnya sendiri. Kebohongan-kebohoongan ilutif, kenaifan, menghakimi nuraninya sendiri. Tuhan dibunuh dalam setiap kesenangan, Dalam kebuasan hasrat yang membabi buta, dan Tuhan dihidupkannya Kembali pada tembok ratapan; kegelisahan, kesusahan, penderitaan-penderitaan, yang lebih ironis ialah ketidakberdayaan dalam kedok-kedok doa; mantra-mantra bagi mereka serupa kekuatan, eskapisme dan ritus-ritus yang menghindar dari kenyataan. Mereka hidup dalam keputusasaan, berlaga dungu dalam kepanikan, keloyoan hidup dalam kemalasan, menampilkan kelemahan dalam heroisme pasif, Tuhan abadi dalam kekalahan manusia. 

Motto

Di rumahku, aku tinggal ber-dua Hanya aku dan azasku Aku tak pernah percaya pada slogan-slogan Betgitupun tak pernah meniru suatu pribadi   Aku tak ingin tak menertawakan diri sendiri; Yang berlaku dan berfikir bukan atas kehendak dan kemauan diri sendiri, Serupa tak pernah percaya pada diriku sendiri.   Aku tak pernah terikat oleh warna apapun Dan aku tak ingin lagi mengenal warna apapun selain warna yang tak pernah kebanyakan oraang kenal (bening) Aku selalu ingin larut dalam kebeningan-kejernihan, Yang padanya tak melekat postulat-postulat   Aku tak ingin seragam, Dipaksa seragam, Pun, memaksa orang lain untuk seragam  

G.20 BUKAN SOLUSI KRISIS, HANYA SAMPAH PEMBAWA PETAKA YANG AKAN MEMBAWA KRISIS PADA KEHANCURAN YANG SEMAKIN CEPAT

Sejarah Singkat G.20 Pada intinya adalah G7. Sebuah wadah berhimpunnya negeri-negeri kapitalis monopoli yang terdiri atas Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, Kanada, dan Jepang. Dengan latar belakang krisis ekonomi dunia yang pecah di Asia hingga Amerika Latin pada 1998, maka mulai 1999 dibentuk forum konsultasi moneter dan ekonomi antar pemerintah G.20, yang sejatinya adalah dikte dan legitimasi negeri-negeri imperialis (G7) atas 13 negara besar yang memiliki pengaruh besar dan sistemik bagi perekonomian dunia. G.20 pada awalnya melibatkan semua Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral yang seluruh anggotanya mewakili hampir 90% PDB dunia, 80% perdagangan dunia dan 2/3 populasi dunia. AS dan G-7 memiliki pertimbangan sepihak dan tidak demokratis mengapa hanya 20 negara tergabung dalam G.20. Mengapa tidak negeri paling miskin atau semua negeri bekas koloni imperialis Barat? Semua dilandasi oleh motif kerakusan tentang super-profit secara ekonomi dan politik. Indonesia

MENGECAM TINDAkAN FASIS PEMERINTAH JOKO WIDODO DENGAN DALIH PENGAMANAN KTT G-20

Kembali, Pemerintah Joko Widodo menunjukkan sikap anti kritik, kepala batu dan anti demokrasinya, Pemerintah Indonesia jauh lebih memilih tetap tunduk atas dikte Imperealisme melalui KTT G.20 dari pada mendengarkan keinginan rakyatnya. Joko Widodo tidak ingin menanggung malu di hadapan dunia internasional karena telah gagal membawa rakyat pada kemajuan, hingga semua cara dilakukan untuk menghambat, melikuidasi, bahkan mematikan semua suara protes dari rakyat. Semua gamblang dan tanpa tedeng aling-aling, bahwa pemerintah Joko Widodo adalah pemerintah fasis yang semakin menunjukkan karakter sejatinya sebagai pengabdi setia sistem kapitalis monopoli di bawah tuan imperialis nomor satu Amerika Serikat. Tidak cukup dengan berbagai tindasan pelarangan, penghentian paksa sejumlah kegiatan yang diinisiasi rakyat, hingga pemberlakun PPKM secara khusus di Bali melalui Surat Edaran no. 35425/secret/2022 yang dinilai belum efektif menghambat protes rakyat. Saat ini pemerintah Joko Widodo mela